SEJARAH ALIRAN BAHA’IYYAH
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sejarah Pemikiran Kalam
Dosen Pengampu : Drs. Achmad Bisri, M.Ag.
DisusunOleh :
Ahmat Syaeful Ali (1504026096)
Rahayu Sutiyoko N (1504026097)
JURUSAN TAFSIR HADIST
FAKULTAS USHULUDDINDAN HUMAIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Akhir-akhir ini ramai dibicarakan tentang
sebuah sekte yang bernama Baha’i atau Baha’iyah. Pembicaraan mengenai sekte minoritas
ini bertitik pada sebuah ajaran mengakui eksistensi Baha’iyah dan melindungi penganutnya. Sebelum jauh
melontarkan pendapat kita bagaimana sikap tepat yang harus kita pilih dalam menilai
Baha’iyah, patut kira nya kita ketahui apa itu pemikiran Baha’iyah dan bagaimana
perjalanan sejarah mereka. Mungkin
masih banyak di antara kita yang belum mengetahui bagaimana sebenarnya sekte
Baha'iyyah ini dan bagaimana pokok ajaran mereka. Pada edisi kali ini, kami akan
membahas yang mengenai aliran bahaiyyah.
b. Rumusan masalah
·
Bagaimanakah
sejarah perkembangan aliran bahaiyyah ?
·
Apa
sajakah pokok - pokok ajaran aliran bahaiyyah ?
c. Tujuan makalah
Setelah mempelajari makalah ini
diharapkan mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang sejarah perkembangan
bahaiyyah dan pokok pokok aliran bahaiyyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah perkembangan bahaiyyah
Sejarah
perkembangan aliran bahaiyyah sendiri atau pencetus ajaran Bahaiyah
adalah Husein Ali yang dikenal dengan al-Baha’. Ia lahir di Desa Nur di
Propinsi Mazandran, Iran, pada 11 November 1817. Ayahnya bernama al-Mirzah Abbas Basrak an-Nuri merupakan seorang
pegawai di departemen keuangan di Kerajaan Iran (sebelum Republik Syiah Iran).
Sang ayah memiliki hubungan dekat dengan duta besar Iran untuk Rusia
dikarenakan saudaranya seorang juru tulis kepercayaan di kedutaan negeri
beruang merah tersebut. Adapun ibu dari Husein Ali adalah Hanim Jani atau
Khatim Jani yang merupakan istri pertama dari Abbas, ayah Husein Ali.
Husein merupakan anak ke-3 dari 15
bersaudara. Di masa kecilnya Husein tidak bersekolah di sekolah resmi atau
madrasah keagamaan tertentu, ia dididik ayahnya di rumah mereka. Setelah itu ia
berusaha sendiri mengkaji buku-buku untuk menambah khazanah pengetahuannya.
Husein sering membaca buku-buku Sufiyah dan Syiah, terutama buku Syiah
Ismailiyah dan filsafat Yunani klasik. Ia juga terpengaruh dengan pemikiran
Budha dan Zoroaster. Di masa mudanya, Husein bergabung dengan aliran Babiyah.
Sebuah aliran pemikiran (sekte) yang didirikan oleh Ali Muhammad Asy-Syirazi
yang mengklaim dirinya sebagai seorang nabi dan pembawa risalah. [1]
Setelah Ali Muhammad Asy-Syirazi tewas dieksekusi mati di tahun 1868,
Husein mengklaim dirinya adalah orang yang diwarisi kepemimpinan oleh pendiri
ajaran Babiyah ini. Mulailah orang-orang mengikuti Husein, lalu ia menggelari
dirinya dengan Baha-ullah (بهاء الله).
Saat dakwah Bahaiyah mulai tersebar, kekhalifahan Utsmani pun mengambil
tindakan. Akibatnya pada tahun 1868 Husein diasingkan ke Kota Acre. Tidak
disangka, malah di kota ini Husein mendapat dukungan dari masyarakat
Yahudi Acre. Orang-orang Yahudi menyambutnya dengan hangat, membekalinya
dengan harta, dan menjamin keamanannya. Sejak saat itulah Kota Acre menjadi
basis utama ajaran Bahaiyah. Mendapat
angin surga, kesesatan Husein Ali kian menjadi. Dari mengaku sebagai pembawa
risalah, ia meningkatkan maqomnya menjadi pemilik sifat-sifat ilahi. Ia katakan
bahwa dirinya adalah al-Qayyum yang mengurusi para makhluk, ia sematkan sifat
kekal untuk dirinya, ruh Allah menyatu bersamanya, ia mengutus para nabi dan
rasul, dan mewahyukan agama-agama.
Bahaiyah bahwasanya Allah menyatu dalam diri Baha-ullah, Husein Ali.
Karena itu, dalam ajaran ini diyakini Baha-ullah lah yang menciptakan segala
sesuatu. Dalam ajaran ini, angka 19 adalah angka suci sehingga tidak heran
mereka menjadikan bulan ada 19 bulan dan terdiri dari 19 hari. Mereka
menjadikan Zoroaster, Konfusius, dan tokoh-tokoh besar lainnya di kalangan
India dan Cina sebagai nabi. Mereka mengharamkan hijab bagi wanita dan
menghalalkan mut’ah. Ajaran ini cukup diakui oleh orang-orang Eropa dan Amerika
lantaran eksistensi Abbas Abdul Baha’ yang senantiasa turut serta dalam
berbagai konfrensi orang-orang Eropa dan Amerika, baik konfrensi itu mengenai
komunisme atau tentang sekulerisme. Sebagai pengakuan eksistensi Baha-iyah, di
Chicago, Bahaiyah, pernah diadakan konfrensi Bahaiyah terbesar sepanjang
sejarah aliran ini.Populasi terbesar orang-orang Bahaiyah berada di Iran,
kemudian sebagian kecil berada di Irak, Suriah, Libanon, dan Palestina.[2]
B. Pokok ajaran bahaiyah
a.
Tuhan
Para penganut Bahá'í beriman kepada Tuhan. Bahá'u'lláh menegaskan bahwa
untuk memahami atau mengisyaratkan Realitas Ilahi dalam pernyataan mana pun,
tidak lain hanyalah penipuan diri: "Bagi mereka yang berilmu dan hatinya diterangi,
telah terbukti bahwa Tuhan, Hakikat yang tak dapat diketahui, Keberadaan Suci,
sangatlah dimuliakan melebihi segala sifat manusia, seperti keberadaan jasmani,
naik dan turun, maju dan mundur. Jauhlah dari kemuliaan-Nya bahwa lidah manusia
dapat mengatakan pujian yang cukup bagi-Nya, atau hati manusia memahami
rahasia-Nya yang tak terkira." Menurut ajaran Bahá'í, alat yang dipakai
oleh Pencipta segala makhluk untuk berinteraksi dengan ciptaan-Nya yang terus
berevolusi adalah munculnya Sosok-sosok kerasulan yang mewujudkan sifat-sifat
dari Ketuhanan Yang tak dapat dijangkau itu: "Oleh karena pintu
pengetahuan ditutup sedemikian rupa di depan wajah semua makhluk, maka Sumber
kemuliaan yang tak terhingga telah menyebabkan para Permata Kesucian muncul dari
alam rohani, dalam bentuk mulia badan manusia dan dijelmakan kepada seluruh
umat manusia, agar mereka membagikan rahasia Tuhan kepada dunia, dan
mengabarkan tentang kehalusan Hakikat-Nya yang kekal." Menurut
Bahá'u'lláh, apa yang dimaksud dengan "mengenal Tuhan", adalah
mengenal para Perwujudan yang menyatakan kehendak-Nya dan sifat-sifat-Nya, dan
justru di sinilah jiwa menjadi akrab dengan Pencipta Yang melebihi bahasa
maupun pemahaman. Agama Bahá'í menganggap para "Perwujudan Tuhan"
itu, yang telah menjadi pendiri agama-agama besar di dunia, sebagai wakil Tuhan
di bu I dan pembimbing utama umat manusia.
b.
Agama
Menurut Bahá'u'lláh: "Agama merupakan sarana terbesar untuk
menciptakan tata tertib di dunia dan kebahagiaan yang sentosa bagi semua yang berdiam
di dalamnya." Mengenai kemunduran atau penyelewengan agama, dia menulis:
"Jika lampu agama meredup, maka keributan dan kekacauan akan terjadi,
cahaya-cahaya kejujuran, keadilan, ketenangan dan kedamaian, akan berhenti
bersinar." Jadi, peran agama dinilai sangat penting. Sebagaimana telah
ditulis oleh Bahá'u'lláh: "Agama Tuhan adalah untuk kasih dan persatuan;
janganlah membuatnya penyebab kebencian dan perselisihan."Dalam pandangan
Bahá'í, agama memiliki dua aspek, yaitu aspek hakiki dan aspek sementara. Aspek
hakiki adalah ajaran-ajaran kerohanian yang tidak berubah, sedangkan aspek
sementara adalah peraturan-peraturan yang diberikan sesuai dengan keperluan
zamannya. Tulisan Bahá'í mengumpamakan para Perwujudan Tuhan dengan seorang
dokter, yang tugasnya adalah "menyembuhkan umat manusia yang
terpecah-belah dari penyakitnya." Obat yang diberikan pada suatu zaman
tidak akan sama dengan obat yang diberikan pada zaman berikutnya. Oleh karena
itu, agama-agama besar di dunia tampaknya berbeda-beda. Tapi sebenarnya,
menurut ajaran Bahá'í, semua agama itu tunggal dan berasal dari Sumber yang
sama. Menurut ajaran Bahá'í, agama Tuhan sesuai dengan ilmu pengetahuan. Kepercayaan yang tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan bukanlah iman tetapi
ketakhayulan belaka
.
c.
Manusia
Ajaran sosial yang terpenting dari agama Baha’i
adalah kesatuan umat manusia dan persatuan dunia. Dalam kata-kata Baha’ullah: "kesatuan
telah ditegakkan; janganlah engkau memandang satu sama lain sebagai orang
asing. Engkau adalah buah-buah dari satu pohon dan daun-daun dari satu
dahan." "Bumi hanyalah satu tanah air dan umat manusia
warganya." Pada tingkat individu dan masyarakat, orang-orang Bahá'í
dianjurkan untuk menghapus segala macam prasangka buruk yang berdasarkan ras,
agama, atau kelas sosial. Dan sebagai umat beragama, orang-orang Bahá'í
didorong untuk berasosiasi dan bekerja bersama dengan semua agama lainnya. Kata
Bahá'u'lláh: "Bergaullah dengan para pengikut semua agama dengan penuh keramah-tamahan
dan persahabatan."Agama bahai mengajarkan persamaan hak kaum wanita dengan
kaum pria. Tulisan Baha’i menyatakan: "Dunia kemanusiaan memiliki dua
sayap yang satu kaum wanita dan yang satu lagi kaum pria. Burung itu tidak
dapat terbang sebelum kedua sayapnya itu berkembang ke tingkat yang sama."
Kemajuan kaum wanita juga dianggap sebagai prasyarat bagi tercapainya
perdamaian dunia.
Salah satu ajaran yang diberi tekanan khusus dalam agama Bahá'í adalah
pendidikan. Bahá'u'lláh berkata: "Anggaplah manusia sebagai tambang yang
kaya dengan permata-permata yang tak ternilai harganya. Hanya pendidikanlah
yang dapat menampakkan kekayaannya itu dan memungkinkan umat manusia
mendapatkan keuntungan darinya." Pendidikan universal adalah asas Bahá'í
dan semua keluarga Bahá'í dianjurkan untuk mendidik anak-anaknya. Dan apabila
dalam suatu keluarga dana tidak tersedia untuk mendidik semua anak, maka
diusulkan agar diberikan kepada anak perempuan, karena anak perempuanlah yang
kelak akan menjadi ibu, dan ibu adalah pendidik pertama dari generasi baru.[3]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa
paparan diatas dapat disimpulka bahwa bahaiyyah adalah ajaran yang menekankan pada
kesatuan spiritual bagi seluruh umat manusia. Dalam ajaran Bahá'í, sejarah keagamaan
dipandang sebagai suatu proses pendidikan bagi umat manusia melalui para utusan
Tuhan. Dia menyatakan bahwa misinya adalah untuk meletakkan pondasi bagi persatuan
seluruh dunia, serta memulai suatu zaman perdamaian dan keadilan, yang
dipercayai umat Bahá'í pasti akan datang.
a. Saran
Dalam makalah ini tentunya
masih banyak sekali koreksi dari para pembaca, karena kami menyadari bahwa
dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari pada sempurna, maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca dan dengan itu
semua makalah ini akan mejadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA.
Jaiz, Ahmad Hartono. 2002. Aliran dan Paha Sesat
di Indonesia, Jakarta: PUSTAKA Al-KAUTSAR
Abbas, Siradjuddin. 1983. I’itiqad Ahlussunah
Wal-jama’ah, Jakarta PUSTAKA TARBIYAH
1xbet korean sportsbet - Sportsbet, 1xbet korean football
BalasHapus1xbet korean sportsbet. Sportsbet. Sportsbet. 1xbet korean Sportbet. 1xbet korean football. Sportbet. Sportsbet. 1xbet korean choegocasino football. 1xbet korean 메리트 카지노 football