Jumat, 10 Juni 2016

makalah logika



PENGERTIAN, SEJARAH DAN RUANG LINGKUP LOGIKA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :  logika
Dosen Pengampu :  Dr. Safi’i, M.Ag

 
Disusun Oleh :
Ahmat syaeful ali    (1504026096)
Rahayu sutiyoko N   (1504026097)
Kinanti Sekar A        (1504026098)



JURUSAN TAFSIR HADIST
FAKULTAS USHULULDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG

Berpikir merupakan aktivitas manusia untuk menemukan pengetahuan yang benar, sedang kebenaran itu tidaklah persis sama pada setiap individu. Maka setiap jalan pikiran manusia mempunyai kriteria kebenaran yang berfungsi sebagai landasan proses penemuan kebenaran tersebut, dan setiap penalaran mempunyai kriteria kebenaranya masing-masing.
Dalam mempelajari pola berpikir yang luas dalam logika itulah dibutuhkan terlebih dahulu tentang apa itu logika dan ruang lingkupnya karena hal ini akan membantu dasar pemikiran yang berdasarkan penalaran yang logis dan kritis. selain berguna bagi sarana ilmu, penalaran yang logis dan kritis ini juga yang nantinya akan mambantu pemahaman bagi semua ilmu, karena penalaran yang logis, kritis, dan sistematis inilah ang menjadi salah satu syarat  sifat ilmiah.


B.     RUMUSAN MASALAH
a.       Apa pengertian logika ?
b.      Bagaimana sejarah tentang logika ?
c.       Apa saja ruang lingkup logika ?


C.     TUJUAN MAKALAH
Dalam pembahasan makalah ini mahasiswa di harapkan mampu mengetahui pengertian,sejarah dan ruang lingkup tentang logika.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN LOGIKA
Logika diturunkan dari kata sifat logike, bahasa Yunani, yang berhubungan dengan kata logos,yang artinya pikiran atau perkatan sebagai pernyataan dari pikiran.
Logika adalah berasal dari kata logos yang berarti perkataan atau sabda. Istilah lainnya yang digunakan sebagai gantinya adalah mantiq, kata Arab yang diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap.
logika adalah suatu ilmu pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan norma-norma penyimpulan yang dipandang dari aspek yang benar (sahih). Ada yang berpendapat bahwa logika adalah ilmu dalam lingkungan filsafat  yang membahas prinsip-prinsip dan hukum-hukum penalaran yang tepat. Ada juga yang menandaskan bahwa logika adalah ilmu pengetahuan (science) tetapi sekaligus merupakan kecakapan atau keterampilan yang merupakan seni (art) untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Dalam hal ini, ilmu mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui, sedangkan kecakapan atau keterampilan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Selain itu,  ada juga ahli yang berpendapat bahwa logika adalah teknik atau metode untuk meneliti ketepatan berpikir. Jadi logika tidak terlihat selaku ilmu, tetapi hanyalah merupakan metode. Ada pula yang mengatakan bahwa logika adalah ilmu yang mempersoalkan prinsip-prinsip dan aturan-aturan penalaran yang sahih (valid).
William Alston, mendefinisikan logika sebagai Logic is the study of inference, more precisely the attempt to devise criteria for separating valid from invalid inferencesw (logika adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih cermat usaha untuk menetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan penyimpulan  yang sah dan yang tidak sah).
Sheldon Lachman, mengemukakan: Logic is the systematic discipline concerned with the organization and development of the formal rules, the normative prosedures and the criteria of valid inference (logika adalah cabang ilmu yang[1] sistematis mengenai penyusunan dan pengemebangan dari aturan formal, prosedur normatif, dan ukuran-ukuran bagi penyimpulan yang sah).[2]
Jan Hendrik Rapar, (1996:10) “Logika adalah cabang filsafat  yang mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur-prosedur serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan  demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional”
Berdasar dari pengertian logika yang diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa logika merupakan cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur-prosedur, serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi pencapaian kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.

B.     SEJARAH LOGIKA
[3]Apabila ditelusuri dari awal keberadaan logika, tidak terlepas dari ahli pikir sebelumnya seperti Thales (624-548 SM), filsuf Yunani pertama, meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta, sejak saat itulah ia meletakkan dasar-dasar berfikir logis. Bahkan ketika Thales mengatakan air adalah arkhe (prinsip atau asas pertama) alam semesta, ia telah memperkenalkan logika induktif. Bukankah perkataan Thales ini merupakan kesimpulan yang dimaknai bahwa air adalah jiwa segala sesuatu, misalnya air jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati), darah jiwa hewan dan manusia, sedangkan uap dan es adalah air, maka penalaran induktif (logika) yang dilakukan Thales adalah sebagai berikut:
o   Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan,
o   air adalah jiwa hewan,
o   air adalah jiwa manusia,
o   air jugalah uap, dan
o   air jugalah es.
o   Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah alam semesta

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sejak Thales, sang filsuf pertama itu, logika telah mulai dikembangkan. Semua filsuf sesudah Thales pun telah berperan serta dalam pengembangan logika kendatipun istilah logika itu sendiri belum dikenal.
Aristoteles (384 – 322 SM) yang juga belum menggunakan kata logika, tetapi menggunakan kata analitika dan dialektika. Analitika untuk penyelidikan mengenai berbagai argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang benar. Sedangkan dialektika untuk penyelidikan mengenai argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari hipotesis atau putusan yang tidak pasti kebenarannya. Aristoteles mewariskan kepada murid-muridnya enam buku yang oleh murid-muridnya dinamai Organon, yang berarti alat. Enam buku itu, ialah (1) Categoriae, menguraikan sesuatu objek dalam jenis-jenis pengertian umum; (2) De interpretatione, membahas mengenai komposisi keputusan; (3) Analytica priora, membahas pembuktian; (4) Analytica posteriora, membahas pembuktian; (5) Topica, berisi cara berargumentasi atau cara berdebat; (6) De sophhisticis elenchis, membicarakan kesesatan dan kekeliruan berpikir. Rapar (1996:13) mengemukakan inti logika Aristoteles ialah silogisme. Dan silogisme itulah yang sesungguhnya merupakan penemuan murni Aristoteles dan yang terbesar dalam logika.
Perkembangan logika pada pasca Aristoteles banyak dilanjutkan oleh para murid-muridnya, dan Abad ke 1 sebelum masehi merupakan abad pertama munculnya logika oleh filsuf Cicero di mana logika masih diartikan sebagai seni berdebad. Pada permulaan abad ke 3 sesudah masehi oleh  Alexander Aphrodisias adalah orang yang pertama kali menggunakan kata logika dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.
Rapar (1996:14) mengemukakan bahwa sampai abad kedua belas atau ketiga belas, karya-karya tulis di bidang logika yang masih digunakan ialah Categoriae dan De interpretatione Aristoteles serta Eisagoge Porphyrius  Pada abad ke sampai abad kelimabelas, tampillah logika modern dengan tokoh-tokohnya, antara lain, Petrus Hispanus (1210 – 1278), roger Bacon (1214 – 1292), RYMUNDUS Lullus (1232 – 1315), dan William Ockham  (1285 – 1349).[4]
Kendatipun logika modern telah dikembangkan, logika Aristoteles diteruskan  oleh Thomas Hobbews (1588 – 1679) dan John Loek  (1632 – 1704). Francis Bacon (1561 – 1626) mengembangkan logika induktif, sedangkan Gottfried Wilhelm Leibniz (1646 – 1716, George Boole (1815 – 1864), John Venn (1834 – 1923), Dan Gottlob Frege (1848 – 1925) dikenal sebagai para pelopor logika simbolik. Kemudia, filsuf [5]besar Amerika Serikat, Charles Sanders Peirce  (1839 – 1914) yang pernah mengajar logika di John Hopking University, melengkapi logika simbolik lewat karya tulisnya yang sangat banyak. Ia menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs) dan melahirkan dalil yang disebut dalil Peirce (Peirce’s law) Logika simbolik simbolik mencapai puncaknya lewat karya bersama Alfred North Whitehead  (1861 1947) dan Bertrand Arthur William Dussel (1872-1970) berjudul Principia Mathematica,  berjumlah tiga jilid dan ditulis pada tahun 1910 – 1913. Logika simbolik diteruskan oleh Ludwing Wittgenstein 911889 – 1951), Ruddolf Carnap (1891 – 1970), Kurt Godel (1906 – 1978, dan lain-lain.

C.    RUANG LINGKUP LOGIKA

1.      Logika makna luas dan logika makna sempit
[6]Menurut John C Cooley, The Liang Gie membagi logika dalam arti yang luas  dan dalam arti yang sempit. Dalam arti yang sempit, istilah dimaksud dipakai searti dengan logika deduktif atau logika formal, sedangkan arti yang lebih luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan dari berbagai bukti dan bagaimana system-sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula pembahasan mengenai logika itu sendiri.
Dalam arti luas, logika juga dapat dipakai untuk menyebut tiga cabang filsafat sekaligus, seperti yang pernah dilakukan oleh piper dan ward berikut ini.
a.         Asas paling umum mengenai pembentukan pengertian, inferensi, dan tatanan (logika formal atau logika simbolis)
b.        Sifat dasar dan syarat pengetahuan, terutama hubungan antara budi dengan objek yang diketahui, ukuran kebenaran, dan kaidah-kaidah pembuktian (epistemology).
c.         Metode-metode untuk mendapatkan pengetahuan dalam penyelidikan ilmiah (metodologi)


2.      Logika deduktif dan logika induktif
Logika deduktif adalah ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan kesimpulan sebagai keharusan dari pangkal pikirnya sehiingga bersifat betul menurut bentuknya saja. Dari logika jenis ini yang terutama ditelaah yaitu bentuk dari bekerjanya akal, keruntutannya, serta kesesuaiannya dengan langkah-langkah san aturan yang berlaku sehingga penalaran yang terjadi adalah tepat dan sah.
Logika induktif merpakan suagam atu ragam logika yang mempelajari asas penalaran yang betul dari sejumlah sesuatu yang khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi.penalaran yang demikian ini digolongkan sebagai induksi. Induksi adalah bentuk penalaran atau enyimpulan yang berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah hal kecil, atau anggota suatu himpunan, untuk tiba pada suatu kesimpulan yang diharapkan berlaku umum untuk semua hal, atau seluruh anggota himpunan itu, tetapi yang kesimpulan sesungguhnya hanya bersifat boleh jadi saja.

3.      Logika formal dan logika material
Mellone menyatakan bahwa logika deduktif disebut juga logika formal, sedangkan logika induktif kadang-kadang disebut logika material. Pernyataan ini tidak sepenuhnya tepat karena menurut Fisk, logika formal hanyalah suatu bagian dari logika deduktif, yakni bagian yang bertalian dengan perbincangan-perbincangan yang sah menurut bentuknya bukan menurut isinya.
Logika formal mempelajari asas, aturan atau hokum-hukum yang berpikir yang harus ditaati, agar orang dapat berpikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Logika material mempelajari langsung pekerjaan akal, serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis yang sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu.
Logika formal dinamakan orang dengan logika minor, sedangkan logika material dinamakan orang logika mayor. Apa yang sekarang disebut logika formal adalah ilmu yang mengandung kumpulan kaidah-kaidah cara berpikir untuk mencapai kebenaran.[7]
            4.      Logika murni dan logika terapan
Menurut Leonard, logika murni (pure logic) adalah ilmu tentang efek terhadap arti dari pernyataan dan sebagai akibatnya terhadap kesahan dari pembuktian tentang semua bagian dan segi dari pernyataan dan pembuktian kecuali arti-arti tertentu dari istilah yang termuat di dalamnya.
Logika murni merupakan suatu pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yan berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan tanpa mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai dalam pernyataan dimaksud.
Logika terpaan adalah pengetahuan logika yang diterpkan dalam setiap cabang ilmu, bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan bahasa sehari-hari. Apabila sesuatu ilmu menggunakan asas dan aturan logika bagi istilah dan ungkapannya yang mempunyai pengertian khusus dalam bidangnaya sendiri, ilmu tersebut sebenarnya telah mempergunakan sesuatu logika terapan dan ilmu yang bersangkutan, seperti logika ilmu hayat bagi biologi, dan logika sosiologi bagi sosiologi.

5.      Logika filsafati dan logika matematik
Logika filsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian logika yang masih berhubungan erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat,  misalnya logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan metafisika. Adapun logika matematik merupakan suatu ragam logika yang menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode matematik serta bentuk lambing yang khusus dan cermat untuk menghindarkan makna ganda atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa. [8]



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Pengertian logika berasal dari kata sifat dari kata kerja logis dari bahasa Yunani yang berarti “kata” atau “ucapan” atau pemikiran yang diucapkan dengan selengkap-lengkapnya. Dan kata lain logika sering juga disebut dengan istilah “manthiq” asal dari kata “nathaqo” yang berarti “berkata”, atau “hukum yang memilahara hati nurani dari kesalahan berfikir”.
            Menurut istilah, logika adalah satu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang aturan-aturan berfikir, agar dengan aturan-aturan tersebut dapat diambil kesimpulan yang benar. pendapat lain mengatakan logika (mantiq) adalah berfikir dengan sekehendak dan mencegah dari kesalahan. Menurut Partap Sing Mehra “logika adalah suatu ilmu yang memberi aturan-aturan berfikir valid”. Menurut Muhammad Nur Ibrahim “mantiq adalah suatu ilmu (undang-undang) yang membimbing manusia dalam berfikir supaya terpelihara dari tergelincir dan menyelamatkan pengetahuannya dari tersalah.

B.     SARAN

Dalam makalah ini tentunya masih banyak sekali koreksi dari para pembaca, karena kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari pada sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca dan dengan itu semua makalah ini akan mejadi lebih baik lagi.







DAFTAR PUSTAKA
Sutrisno, Aliet Noorhayati. 2015. Pengantar Logika. (Cirebon: CV. Confident).
Rapar, Jan Hendrik. 2000. Pengantar Logika: Asas-asas Penalaran Sistematis. (Jogjakarta: Kanisius).
Poedjawijatna. 1984. Logika Filsafat Berpikir. Jakarta: Bina Akasara.
Drs. Surajiyo, Drs Sugeng Astanto, dan Dra Sri Andiani. 2005. Dasar-Dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara.





[1] Sutrisno, Aliet Noorhayati. 2015. Pengantar Logika. (Cirebon: CV. Confident),34
[2] Rapar, Jan Hendrik. 2000. Pengantar Logika: Asas-asas Penalaran Sistematis. (Jogjakarta: Kanisius),7.


[4] Ibid hal 8
[5] Ibid hal 9
[6] Drs. Surajiyo, Drs Sugeng Astanto, dan Dra Sri Andiani. 2005. Dasar-Dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara.30

[7] Poedjawijatna.1984,logika filsafat perpikir;jakarta,bina aksara
[8] Sutrisno, Aliet Noorhayati. 2015. Pengantar Logika. (Cirebon: CV. Confident).5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar