PENGERTIAN,
SEJARAH DAN RUANG LINGKUP LOGIKA
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : logika
Dosen
Pengampu : Dr. Safi’i, M.Ag
Disusun
Oleh :
Ahmat
syaeful ali (1504026096)
Rahayu
sutiyoko N (1504026097)
Kinanti
Sekar A (1504026098)
JURUSAN
TAFSIR HADIST
FAKULTAS
USHULULDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berpikir merupakan aktivitas manusia untuk menemukan
pengetahuan yang benar, sedang kebenaran itu tidaklah persis sama pada setiap
individu. Maka setiap jalan pikiran manusia mempunyai kriteria kebenaran yang
berfungsi sebagai landasan proses penemuan kebenaran tersebut, dan setiap penalaran
mempunyai kriteria kebenaranya masing-masing.
Dalam mempelajari pola berpikir yang luas dalam
logika itulah dibutuhkan terlebih dahulu tentang apa itu logika dan ruang
lingkupnya karena hal ini akan membantu dasar pemikiran yang berdasarkan
penalaran yang logis dan kritis. selain berguna bagi sarana ilmu, penalaran
yang logis dan kritis ini juga yang nantinya akan mambantu pemahaman bagi semua
ilmu, karena penalaran yang logis, kritis, dan sistematis inilah ang menjadi
salah satu syarat sifat ilmiah.
B.
RUMUSAN MASALAH
a. Apa
pengertian logika ?
b. Bagaimana
sejarah tentang logika ?
c.
Apa saja ruang
lingkup logika ?
C.
TUJUAN MAKALAH
Dalam pembahasan makalah ini mahasiswa di harapkan
mampu mengetahui pengertian,sejarah dan ruang lingkup tentang logika.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LOGIKA
Logika diturunkan dari kata sifat logike, bahasa
Yunani, yang berhubungan dengan kata logos,yang artinya pikiran atau perkatan
sebagai pernyataan dari pikiran.
Logika adalah berasal dari kata logos yang berarti perkataan atau sabda. Istilah lainnya yang digunakan sebagai gantinya adalah mantiq, kata Arab yang diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap.
Logika adalah berasal dari kata logos yang berarti perkataan atau sabda. Istilah lainnya yang digunakan sebagai gantinya adalah mantiq, kata Arab yang diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap.
logika adalah suatu ilmu pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan
norma-norma penyimpulan yang dipandang dari aspek yang benar (sahih). Ada yang
berpendapat bahwa logika adalah ilmu dalam lingkungan filsafat yang membahas prinsip-prinsip dan hukum-hukum
penalaran yang tepat. Ada juga yang menandaskan bahwa logika adalah ilmu
pengetahuan (science) tetapi
sekaligus merupakan kecakapan atau keterampilan yang merupakan seni (art) untuk berpikir secara lurus, tepat,
dan teratur. Dalam hal ini, ilmu mengacu pada kemampuan rasional untuk
mengetahui, sedangkan kecakapan atau keterampilan mengacu pada kesanggupan akal
budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Selain itu, ada juga ahli yang berpendapat bahwa logika
adalah teknik atau metode untuk meneliti ketepatan berpikir. Jadi logika tidak
terlihat selaku ilmu, tetapi hanyalah merupakan metode. Ada pula yang
mengatakan bahwa logika adalah ilmu yang mempersoalkan prinsip-prinsip dan
aturan-aturan penalaran yang sahih (valid).
William
Alston, mendefinisikan logika sebagai Logic
is the study of inference, more precisely the attempt to devise criteria for
separating valid from invalid inferencesw (logika adalah studi tentang
penyimpulan, secara lebih cermat usaha untuk menetapkan ukuran-ukuran guna
memisahkan penyimpulan yang sah dan yang
tidak sah).
Sheldon
Lachman, mengemukakan: Logic is the systematic
discipline concerned with the organization and development of the formal rules,
the normative prosedures and the criteria of valid inference (logika adalah
cabang ilmu yang[1]
sistematis mengenai penyusunan dan pengemebangan dari aturan formal, prosedur
normatif, dan ukuran-ukuran bagi penyimpulan yang sah).[2]
Jan Hendrik
Rapar, (1996:10) “Logika adalah cabang filsafat
yang mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas,
aturan-aturan formal, prosedur-prosedur serta kriteria yang sahih bagi
penalaran dan penyimpulan demi mencapai
kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional”
Berdasar dari pengertian logika yang diuraikan di atas, dapat dikatakan
bahwa logika merupakan cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, mengembangkan,
dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, prosedur-prosedur, serta kriteria
yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi pencapaian kebenaran yang dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional.
B. SEJARAH LOGIKA
[3]Apabila
ditelusuri dari awal keberadaan logika, tidak terlepas dari ahli pikir
sebelumnya seperti Thales (624-548 SM), filsuf Yunani pertama, meninggalkan
segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada
akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta, sejak saat itulah ia
meletakkan dasar-dasar berfikir logis. Bahkan ketika Thales mengatakan air adalah arkhe (prinsip atau asas pertama) alam semesta, ia telah
memperkenalkan logika induktif. Bukankah perkataan Thales ini merupakan
kesimpulan yang dimaknai bahwa air adalah jiwa
segala sesuatu, misalnya air jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan
mati), darah jiwa hewan dan manusia, sedangkan uap dan es adalah air, maka
penalaran induktif (logika) yang dilakukan Thales adalah sebagai berikut:
o Air adalah
jiwa tumbuh-tumbuhan,
o air adalah
jiwa hewan,
o air adalah
jiwa manusia,
o air jugalah
uap, dan
o air jugalah
es.
o Jadi, air
adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah alam semesta
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa sejak Thales, sang filsuf pertama itu, logika
telah mulai dikembangkan. Semua filsuf sesudah Thales pun telah berperan serta
dalam pengembangan logika kendatipun istilah logika itu sendiri belum dikenal.
Aristoteles
(384 – 322 SM) yang juga belum menggunakan kata logika, tetapi menggunakan kata
analitika dan dialektika. Analitika untuk penyelidikan mengenai berbagai
argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang benar. Sedangkan
dialektika untuk penyelidikan mengenai argumentasi-argumentasi yang bertitik
tolak dari hipotesis atau putusan yang tidak pasti kebenarannya. Aristoteles
mewariskan kepada murid-muridnya enam buku yang oleh murid-muridnya dinamai Organon, yang berarti alat. Enam buku itu, ialah (1) Categoriae, menguraikan sesuatu objek dalam
jenis-jenis pengertian umum; (2) De
interpretatione, membahas mengenai komposisi keputusan; (3) Analytica priora, membahas pembuktian;
(4) Analytica posteriora, membahas
pembuktian; (5) Topica, berisi cara
berargumentasi atau cara berdebat; (6) De
sophhisticis elenchis, membicarakan kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Rapar (1996:13) mengemukakan inti logika Aristoteles ialah silogisme. Dan
silogisme itulah yang sesungguhnya merupakan penemuan murni Aristoteles dan
yang terbesar dalam logika.
Perkembangan
logika pada pasca Aristoteles banyak dilanjutkan oleh para murid-muridnya, dan
Abad ke 1 sebelum masehi merupakan abad pertama munculnya logika oleh filsuf
Cicero di mana logika masih diartikan sebagai seni berdebad. Pada permulaan
abad ke 3 sesudah masehi oleh Alexander
Aphrodisias adalah orang yang pertama kali menggunakan kata logika dalam arti
ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.
Rapar
(1996:14) mengemukakan bahwa sampai abad kedua belas atau ketiga belas,
karya-karya tulis di bidang logika yang masih digunakan ialah Categoriae dan De
interpretatione Aristoteles serta Eisagoge Porphyrius Pada abad ke sampai abad kelimabelas,
tampillah logika modern dengan tokoh-tokohnya, antara lain, Petrus Hispanus
(1210 – 1278), roger Bacon (1214 – 1292), RYMUNDUS Lullus (1232 – 1315), dan
William Ockham (1285 – 1349).[4]
Kendatipun
logika modern telah dikembangkan, logika Aristoteles diteruskan oleh Thomas Hobbews (1588 – 1679) dan John
Loek (1632 – 1704). Francis Bacon (1561
– 1626) mengembangkan logika induktif, sedangkan Gottfried Wilhelm Leibniz
(1646 – 1716, George Boole (1815 – 1864), John Venn (1834 – 1923), Dan Gottlob
Frege (1848 – 1925) dikenal sebagai para pelopor logika simbolik. Kemudia,
filsuf [5]besar
Amerika Serikat, Charles Sanders Peirce
(1839 – 1914) yang pernah mengajar logika di John Hopking University,
melengkapi logika simbolik lewat karya tulisnya yang sangat banyak. Ia
menafsirkan logika selaku teori umum
mengenai tanda (general theory of signs) dan melahirkan dalil yang disebut dalil Peirce (Peirce’s law) Logika simbolik simbolik mencapai puncaknya lewat
karya bersama Alfred North Whitehead
(1861 1947) dan Bertrand Arthur William Dussel (1872-1970) berjudul
Principia Mathematica, berjumlah tiga
jilid dan ditulis pada tahun 1910 – 1913. Logika simbolik diteruskan oleh
Ludwing Wittgenstein 911889 – 1951), Ruddolf Carnap (1891 – 1970), Kurt Godel
(1906 – 1978, dan lain-lain.
C. RUANG LINGKUP LOGIKA
1. Logika makna luas dan logika makna
sempit
[6]Menurut John
C Cooley, The Liang Gie membagi logika dalam arti yang luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti yang
sempit, istilah dimaksud dipakai searti dengan logika deduktif atau logika
formal, sedangkan arti yang lebih luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan dari
berbagai bukti dan bagaimana system-sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam
serta meliputi pula pembahasan mengenai logika itu sendiri.
Dalam arti
luas, logika juga dapat dipakai untuk menyebut tiga cabang filsafat sekaligus,
seperti yang pernah dilakukan oleh piper dan ward berikut ini.
a.
Asas paling
umum mengenai pembentukan pengertian, inferensi, dan tatanan (logika formal
atau logika simbolis)
b.
Sifat dasar
dan syarat pengetahuan, terutama hubungan antara budi dengan objek yang
diketahui, ukuran kebenaran, dan kaidah-kaidah pembuktian (epistemology).
c.
Metode-metode
untuk mendapatkan pengetahuan dalam penyelidikan ilmiah (metodologi)
2.
Logika deduktif dan logika induktif
Logika
deduktif adalah ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat
deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan kesimpulan sebagai keharusan
dari pangkal pikirnya sehiingga bersifat betul menurut bentuknya saja. Dari
logika jenis ini yang terutama ditelaah yaitu bentuk dari bekerjanya akal, keruntutannya,
serta kesesuaiannya dengan langkah-langkah san aturan yang berlaku sehingga
penalaran yang terjadi adalah tepat dan sah.
Logika
induktif merpakan suagam atu ragam logika yang mempelajari asas penalaran yang
betul dari sejumlah sesuatu yang khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang
bersifat boleh jadi.penalaran yang demikian ini digolongkan sebagai induksi.
Induksi adalah bentuk penalaran atau enyimpulan yang berdasarkan pengamatan
terhadap sejumlah hal kecil, atau anggota suatu himpunan, untuk tiba pada suatu
kesimpulan yang diharapkan berlaku umum untuk semua hal, atau seluruh anggota
himpunan itu, tetapi yang kesimpulan sesungguhnya hanya bersifat boleh jadi
saja.
3. Logika formal dan logika material
Mellone
menyatakan bahwa logika deduktif disebut juga logika formal, sedangkan logika
induktif kadang-kadang disebut logika material. Pernyataan ini tidak sepenuhnya
tepat karena menurut Fisk, logika formal hanyalah suatu bagian dari logika
deduktif, yakni bagian yang bertalian dengan perbincangan-perbincangan yang sah
menurut bentuknya bukan menurut isinya.
Logika
formal mempelajari asas, aturan atau hokum-hukum yang berpikir yang harus
ditaati, agar orang dapat berpikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Logika
material mempelajari langsung pekerjaan akal, serta menilai hasil-hasil logika
formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis yang sesungguhnya. Logika
material mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, alat-alat
pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu
pengetahuan itu.
Logika
formal dinamakan orang dengan logika minor, sedangkan logika material dinamakan
orang logika mayor. Apa yang sekarang disebut logika formal adalah ilmu yang
mengandung kumpulan kaidah-kaidah cara berpikir untuk mencapai kebenaran.[7]
4. Logika murni dan logika terapan
Menurut
Leonard, logika murni (pure logic) adalah ilmu tentang efek terhadap arti dari
pernyataan dan sebagai akibatnya terhadap kesahan dari pembuktian tentang semua
bagian dan segi dari pernyataan dan pembuktian kecuali arti-arti tertentu dari
istilah yang termuat di dalamnya.
Logika murni
merupakan suatu pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yan berlaku umum
pada semua segi dan bagian dari pernyataan tanpa mempersoalkan arti khusus
dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai dalam pernyataan dimaksud.
Logika
terpaan adalah pengetahuan logika yang diterpkan dalam setiap cabang ilmu,
bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan bahasa
sehari-hari. Apabila sesuatu ilmu menggunakan asas dan aturan logika bagi
istilah dan ungkapannya yang mempunyai pengertian khusus dalam bidangnaya
sendiri, ilmu tersebut sebenarnya telah mempergunakan sesuatu logika terapan
dan ilmu yang bersangkutan, seperti logika ilmu hayat bagi biologi, dan logika
sosiologi bagi sosiologi.
5.
Logika filsafati dan logika
matematik
Logika
filsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian logika yang masih
berhubungan erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat, misalnya logika kewajiban dengan etika atau
logika arti dengan metafisika. Adapun logika matematik merupakan suatu ragam
logika yang menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode matematik
serta bentuk lambing yang khusus dan cermat untuk menghindarkan makna ganda
atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa. [8]
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pengertian logika berasal dari kata sifat dari kata kerja logis dari bahasa
Yunani yang berarti “kata” atau “ucapan” atau pemikiran yang diucapkan dengan
selengkap-lengkapnya. Dan kata lain logika sering juga disebut dengan istilah
“manthiq” asal dari kata “nathaqo” yang berarti “berkata”, atau “hukum yang
memilahara hati nurani dari kesalahan berfikir”.
Menurut istilah, logika
adalah satu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang aturan-aturan
berfikir, agar dengan aturan-aturan tersebut dapat diambil kesimpulan yang
benar. pendapat lain mengatakan logika (mantiq) adalah berfikir dengan
sekehendak dan mencegah dari kesalahan. Menurut Partap Sing Mehra “logika
adalah suatu ilmu yang memberi aturan-aturan berfikir valid”. Menurut Muhammad
Nur Ibrahim “mantiq adalah suatu ilmu (undang-undang) yang membimbing manusia
dalam berfikir supaya terpelihara dari tergelincir dan menyelamatkan
pengetahuannya dari tersalah.
B.
SARAN
Dalam makalah ini tentunya masih banyak sekali
koreksi dari para pembaca, karena kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari pada sempurna, maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca dan dengan itu semua makalah ini akan mejadi
lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Sutrisno, Aliet
Noorhayati. 2015. Pengantar Logika. (Cirebon: CV. Confident).
Rapar, Jan
Hendrik. 2000. Pengantar Logika: Asas-asas Penalaran Sistematis.
(Jogjakarta: Kanisius).
Poedjawijatna.
1984. Logika Filsafat Berpikir. Jakarta:
Bina Akasara.
Drs. Surajiyo, Drs Sugeng Astanto,
dan Dra Sri Andiani. 2005. Dasar-Dasar
Logika. Jakarta: Bumi Aksara.
[1]
Sutrisno, Aliet Noorhayati. 2015. Pengantar Logika.
(Cirebon: CV. Confident),34
[2]
Rapar, Jan Hendrik. 2000. Pengantar Logika: Asas-asas Penalaran
Sistematis. (Jogjakarta: Kanisius),7.
[4] Ibid hal
8
[5] Ibid hal
9
[6]
Drs.
Surajiyo, Drs Sugeng Astanto, dan Dra Sri Andiani. 2005. Dasar-Dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara.30
[7]
Poedjawijatna.1984,logika filsafat perpikir;jakarta,bina aksara
[8]
Sutrisno, Aliet Noorhayati. 2015. Pengantar Logika.
(Cirebon: CV. Confident).5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar