Jumat, 10 Juni 2016

Makalah Bahasa Indonesia



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pelajaran Bahasa Indonesia sangat penting dikuasai dalam seluruh tingkatan pendidikan termasuk di perguruan tinggi. Tujuan dari adanya pelajaran ini adalah agar para rakyat khususnya para pelajar dapat terampil berbahasa Indonesia yang meliputi terampil menyimak, berbahasa, membaca dan menulis. Agar dapat mencapapi tujuan itu, kosa kata yang cukup sangatlah dibutuhkan. Selain mempunyai banyak kosakata, makna kata – kata tersebut juga harus dikuasai untuk lebih memperkaya kosa kata yang dimiliki. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan para pembaca mengenai makna kata.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Makna Kata
2.      Jenis-jenis Makna Kata
3.      Relasi Makna Kata
4.      Pergeseran makna Kata










BAB II
PEMBAHASAAN
A.    Pengertian Makna Kata
Makna kata dapat diartikan sebagai maksut yang terkandung di dalam suatu kata, pembicaraan, atau pikiran.[1] Makna adalah hubungan pertalian antara bentuk dan acuan. Contohnya: kata ‘rumah’ yang berarti tempat tinggal. Rangkaian bunyi r-u-m-a-h adalah bentuk suatu kata, sedangkan tempat tinggal adalah sesuatu yang diacu oleh bentuk kata tersebut.
B.     Jenis-jenis Makna Kata
Makna di dalam sastra Bahasa Indonesia ditentukan dalam beberapa kriteria atau jenis dan juga sudut pandang. Jenis makna dalam Bahasa Indonesia sangat banyak diantaranya :
Berdasarkan jenis semantiknya, dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal, berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem dapat dibedakan adanya makna referensial dan makna nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan makna konotatif, berdasarkan ketepatan maknanya dikenal makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna khusus, berdasarkan ada atau tidaknya hubungan (asosiasi,refleksi) makna sebuah kata dengan makna kata lain dibagi menjadi makna konseptual dan asosiatif, berdasarkan bisa atau tidaknya diramalkan atau ditelusuri, baik secara leksikal maupun gramatikal dibagi menjadi makna idiomatik dan peribahasa, dan kata atau leksem yang tidak memiliki arti sebenarnya, yaitu oposisi dari makna sebenarnya disebut makna kias.[2]
1.      Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indera kita, maka ia bersifat apa adanya atau makna yang ada didalam kamus. Contohnya :
-          Pensil,bermakna leksikal sejenis alat tulis yang terbuat dari kayu dan arang.
-          Air, bermakna leksikal sejenis barang cair yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Makna gramatikal adalah makna suatu kata setelah kata itu mengalami proses gramatikalisasi, seperti pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan dan sangat bergantung pada struktur kalimatnya sehingga sering pula disebut makna struktural. Contohnya:
-          Kebapakan: bersifat seperti seorang bapak, dewasa, bijaksana, dan berwibawa.
Contoh: Semanjak mempunyai anak, Ali semakin kebapakan.
-          Berumah: mempunyai rumah
Contoh: Dia berumah di bekasi.
2.      Makna Referensial dan Makna Nonrefensial
Makna referensial adalah  sebuah kata yang memiliki acuan atau referensinya. Contohnya :
-          Meja, termasuk kata yang bermakna referensial karena mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut “Meja”
Makna nonrefensial adalah kata - kata yang tidak bermakna referensial karena kata-kata itu tidak mempunyai referens atau disebut juga kata bermakna ‘non referensial’. Contohnya :
-          ‘ jika‘,’meskipun‘ memiliki makna,tetapi tidak mempunyai acuan.
3.      Makna Denotasi dan Makna Konotasi
Makan denotasi adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah kata. Contohnya :
-          Kata kurus bermakna denotatif yang mana artinya ‘ keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal’.
-          Kata bunga bermakna denotatif yaitu ‘ bunga yang seperti kita lihat ditaman bunga’.
Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok yang menggunakan kata tersebut. Contohnya :
-          Kata bunga bermakna konotatif yaitu: Gadis itu bunga desa kami.



4.      Makna Kata dan Makna Istilah
Makna kata adalah pada awalnya  makna yang memiliki sebuah kata makna leksikal, makna denotatif atau makna konseptual. Namun dalam penggunaan makna kata itu baru menjadi jelas jika kata itu sudah berada dalam konteks kelimatnya atau konteks situasinya. Contohnya :
-          Tanganya luka kena pecahan kaca.
-          lengannya luka kena pecahan kaca.
Jadi, kata tangan dan kata lengan pada kedua kalimat di atas adalah bersinonim atau bermakna sama.
Makna istilah adalah makna yang mempunyai makna yang pasti, jelas dan tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Makna istilah hanya digunakan pada ke ilmuan atau kegiatan tertentu. Contohnya: Kata tangan dan lengan dalam bidang kedokteran mempunyai makna yang berbeda. Tangan bermakna ‘bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan’, sedangkan lengan adalah ‘bagian dari pergelangan sampai kepangkal bahu’.
Jadi, kata tangan dan lengan sebagai istilah dalam ilmu kedokteran tidak bersinonim, karena makna yang berbeda.
5.      Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Contoh :
-          Kuda memiliki makna konseptual ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’.
-          Rumah memiliki makna konseptual ‘bangunan tempat tinggal manusia’.
Makna asosiatif adalah makna yang di miliki sebuah leksem atau kata bahasa. Makna asosiatif ini sebenarnya sama dengan lambang atau perlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat. Contoh :
-          Kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian.
-          Kata merah berasosiasi dengan berani.
6.      Makna Idiom dan Makna Pribahasa
Makna idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari unsur-unsurnya, baik secara leksikal mauoun secara gramatikal. Contoh :
-          Membanting tulang dengan makna ‘berkerja keras’.
-          Meja hijau dengan makna ‘pengadilan’.
Makna pribahasa adalah memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya. Contoh :
-          Tong kosong nyaring bunyinya maknanya orang yang banyak cakap biasanya tak berilmu.
-          Bagaikan belalang yang tidak memberi sisa apapun maknanya bagi seseorang yang kehabisan harta bendanya karena sebab apapun. [3]
7.      Kata kias
Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan istilah arti kiasan digunakan sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, atau kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan. Contoh :
-          puteri malam dalam arti “Bulan”.
-          raja siang dalam arti “Matahari”.[4]
C.      Relasi Makna Kata
Relasi makna berhubungan dengan bentuk kata. Istilah bentuk mengacu pada tulisan atau ucapan suatu kata. Pertalian bentuk kata dibedalkan menjadi:
1.      Sinonim
Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinonim bisa disebut persamaan kata.
Contoh :
-          Bertemu = berjumpa
-          Haus = dahaga
-          Bohong = dusta
2.      Antonim
Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim juga disebut juga dengan lawan kata.
Contoh :
-          Keras >< lembek
-          Naik >< turun
-          Kaya >< miskin
3.      Hipernim dan Hiponim
Hipermin adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari pentebutan kata-kata lainnya.
Hiponim adalah kata-kata yang terwakili oleh kata hipernim.
Contoh :
-          Hipernim: sabun. Hiponim: lux, citra, biore dan lain-lain.
-          Hipernim: ikan. Hiponim: mujaer, sepat, nila, pari dan lain-lain.
4.      Homonim
Homonim adalah dua kata atau lebih yang ejaan atau ucapanya sama,tetapi artinya berbeda.
Contoh :
-          Santi sedang menanam bunga di halaman ( tanah di depan rumah ).
-          Gambar kucing itu terdapat pada halaman dua (muka dari lembaran buku).
5.      Homograf
Homograf adalah dua kata atau lebih yang ejaan atau tulisanya sama,tetapi artinya berbeda.
Contoh :
-          Yuni sedang makan tahu ( sejenis makanan).
-          Ia tidak tahu kalau Ayah sedang marah (mengetahui).
6.      Homofon
Homofon adalah kata-kata yang berbunyi sama, tetapi tulisan (ejaannya) berbeda.
Contoh :
-          Masa lalu wanita itu kurang baik (waktu atau tempo).
-          Pencuri itu dihajar massa (masyarakat)
7.      Polisemi
Polisemi adalah kata yang memiliki banyak makna. Istilah ini menunjukan kemungkinan adanya satu kata yang memiliki banyak arti.
Contoh :
-          Kakinya luka sehingga dia tidak bisa berjalan cepat (salah satu bagian anggota badan yang menopang tubuh yang dipakai untuk berjalan).
-          Anak-anak pramuka itu berkemah di  kaki hutan (tepi hutan).[5]
D.    Pergeseran Makna Kata
Pergeseran makna kata adalah perubahan makna suatu kata yang di akibatkan adanya perbedaan kurun waktu pemakaian atau pertukaran tanggapan dari pancaindra yang merespon kata itu.
Jenis-jenis pergeseran makna kata
1.      Meluas
Makna meluas yaitu makna kata yang sekarang lebih luas dari makna asalnya.
Contoh : Kata ‘adik’, makna asalnya adalah ‘saudara sekandung yang lebih muda’, namun sekarang ‘kata ini berlaku bagi semua orang yang usianya lebih muda’.
2.      Menyempit
Makna menyempit yaitu makna kata yang sekarang lebih sempit atau terbatas dari makna asalnya.
Contoh : kata ‘sarjana’, makna asalnya adalah ‘cendekiawan (orang pandai), tapi sekarang maknanya ‘gelar universitas’.
3.      Peyorasi
Makna peyorasi adalah perubahan makna dari yang baru ke yang lama ketika yang lama di anggap masih tetap lebih tinggi dan lebih tepat rasa serta konotasinya dibandingkan dengan makna yang baru.
Contoh : kata ‘oknum’, makna asalnya adalah ‘perseorangan’, namun sekarang maknanya ‘orang atau bagian dari suatu kelompok atau institusi yang bertindak kurang baik’.
4.      Ameliorasi
Makna ameliorasi adalah proses perubahan makna dari yang lama ke yang baru ketika bentuk yang baru di anggap dan dirasakan lebih tinggi dan lebih tepat nila rasa serta konotasinya dibandingkan dengan yang lama.
Contoh :
-          Kata ‘istri’ memiliki nilai lebih tinggi daripada ‘bini’.
-          Kata ‘pramuniaga’ memiliki nilai lebih tinggi daripada ‘pelayan toko’.

5.      Asosiasi
Makna asosiasi adalah perubahan makna akibat adanya persamaan sifat.
Contoh : kata ‘tikus’ makna asalnya ‘binatang pengerat’, namun makna sekarang ‘koruptor’.
6.      Sinestesia
makna sinestesia adalah perubahan akibat adanya perbedaan tanggapan antara dua indera yang berbeda.
Contoh :
-          Aroma kue bolu itu sangat manis. (pencium, perasa)
-          Suara ibuku sangat halus. (pendengar, peraba).[6]






















BAB III
KESIMPULAN
Makna kata dapat diartikan sebagai maksut yang terkandung di dalam suatu kata, pembicaraan, atau pikiran. Makna kata terdiri atas beberapa jenis, meliputi:
1.              Makna leksikal dan gramatikal
2.              Makna referensial dan  non referensial
3.              Makna denotasi dan konotasi
4.              Makna kata dan istilah
5.              Makna konseptual dan asosiatif
6.              Makna ideomatikal dan pribahasa
7.              Makna kias
Makna kata juga mempunyai relasi, meliputi: sinonim, hiponim, antonim, homonim, homograf, homofon, dan polisemi. Selain itu, makna kata mengalami pergeseran yaitu meluas, menyempit, ameliorasi, peorasi, asosiasi dan sintesia.













Daftar Pustaka
Chaer, Abdul, Pengantar Sematik Bahasa Indonesia, edisi revisi, Jakarta: Rineka Cipta,2002
Fitriany, Yunita, EYD dan Kaidah bahasa Indonesia, Jakarta: Transmedia Pustaka,2015
Mahayana, Maman S., Bahasa Indonesia Kreatif, Jakarta: Penaku, 2008
Taufiqurrachman, Leksikologi Bahasa Arab, Yogyakarta: Sukses Offset,2008



[1] Yuanita Fitiyani, EYD dan Kaidah Bahasa Indonesia, (Jakarta: Transmedia Pustaka 2015) h. 269
[2] Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) h.101
[3] Taufiqurrachman, Leksikologi Bahasa Arab, (Yogyakarta: Sukses Offset 2008) hl.82-91
[4] Widyamartaya, Seni Menggayakan Kalimat.( Yogyakarta : Kanisius 1995)


[5] Maman Mahayana,Basaha Indonesia Kreatif, (Jakarta:penaku 2008) hl.107-110
[6] Ibid hal.110-111

Tidak ada komentar:

Posting Komentar